PANEN PERDANA JAGUNG PIPIL DI LAHAN TUMPANGSARI PT BPL, DUKUNG PROGRAM SWASEMBADA PANGAN 2025



Panen Perdana Jagung Pipil di Kelapa

Desa Pangkal Beras, Kecamatan Kelapa (Jumat, 16 Mei 2025) — Upaya mendukung program swasembada pangan nasional tahun 2025 terus digencarkan. Salah satunya melalui kegiatan penanaman jagung pipil secara tumpangsari di lahan perkebunan kelapa sawit milik PT. Bumi Permai Lestari (BPL) Bukit Intan Estate (BINE), yang kini telah memasuki masa panen.

Panen perdana dilakukan di lahan seluas 0,62 hektare yang berlokasi di Desa Pangkal Beras, Kecamatan Kelapa, Kabupaten Bangka Barat. Dari luas tersebut, diperkirakan hasil produksi mencapai 1,5 ton jagung pipil.


Namun demikian, hasil panen kali ini belum mencapai potensi maksimal. Produksi jagung mengalami penurunan signifikan sekitar 30–40% dari target awal akibat serangan hama tikus yang tinggi. Serangan terjadi pada fase vegetatif hingga generatif, menyebabkan kerusakan pada batang, daun, dan tongkol jagung. Upaya pengendalian secara manual melalui pemasangan perangkap dan pembersihan lahan telah dilakukan, namun belum mampu menekan populasi tikus secara efektif.

Acara panen jagung ini turut dihadiri oleh sejumlah tamu undangan, antara lain Regional Controller PT BPL Bangka Belitung, Ismail; Estate Manager Bukit Intan Estate, Yandris Dima Kanatalo; perwakilan manajemen dan staf PT BPL; Kapolsek Kelapa; Camat Kelapa; Kepala Desa Terentang dan Kepala Desa Pangkal Beras; serta Koordinator BPP Kelapa bersama Penyuluh Pertanian Desa Terentang.


Dalam sambutannya, Kepala Bidang Perkebunan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Bangka Barat, Bapak Sri Mulyono Basuki, S.Pt., menyampaikan apresiasi kepada PT BPL yang telah mendukung program ketahanan pangan melalui penanaman jagung seluas lebih dari 12 hektare — setengah dari total 27 hektare yang direncanakan. Beliau juga menegaskan bahwa Kabupaten Bangka Barat mendapatkan alokasi target tanam jagung terbesar di Provinsi Bangka Belitung, yakni sebesar 7.348 hektare.

Basuki juga menyampaikan informasi terkait pemasaran hasil panen. “Pihak Bulog siap membeli jagung pipil dengan harga Rp5.500 per kilogram, asalkan kadar air maksimal 14% dan kandungan aflatoksin tidak lebih dari 50 ppb,” ujarnya.

Lebih lanjut, beliau mengingatkan pentingnya pelaksanaan Fungsi dan Peran Kemitraan Masyarakat (FPKM) oleh perusahaan terhadap warga sekitar kebun. PT BPL sendiri telah menjalankan kewajiban ini melalui pembangunan kebun masyarakat seluas ±300 hektare. Untuk desa yang tidak memiliki lahan, Basuki mendorong agar mengusulkan kegiatan produktif alternatif seperti budidaya ternak atau usaha lainnya.

Senada dengan itu, Camat Kelapa dalam sambutannya menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah daerah, swasta, dan masyarakat, terutama dalam kondisi efisiensi anggaran yang saat ini tengah berlangsung.

Kegiatan panen ini diharapkan menjadi langkah awal yang positif dalam mendorong ketahanan pangan daerah, sekaligus menjadi bukti nyata kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam mewujudkan swasembada pangan berkelanjutan.